Ujian tiada henti, teguran tiada henti. Di awali dengan magnitudo 6,4, 7,0, 6,2, 5,4, 6,5, 7,0 dan ribuan getaran gempa susulan yang menyertainya. Inilah getaran cinta yang hakiki, inilah getaran cinta yang sejati dari dzat yang menggenggam hidup dan mati kita, dari dzat yang maha segalanya. Dalam Al Qur'an surah Al Baqoroh ayat 155-157 Alloh SWT berfirman yang artinya : "Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata 'Innalillahi wa inna ilaihi roji'un' (sungguh kami milik Alloh dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk".
Gempa ini adalah bukti cinta Alloh kepada kita penghuni pulau seribu masjid ini. Alloh uji kita dengan sedikit ketakutan dimana saat ini nyaris semua orang dipulau ini dihinggapi rasa takut, takut beraktifitas misalnya, hingga takut masuk kedalam rumahnya sendiri. Rumah yang telah ia bangun dengan susah payah, bahkan kemudian ia lengkapi dengan fasilitas serba canggih dan mewah, namun asbab gempa ini, semuanya itu nyaris tiada berguna baginya, buktinya ia rela tidur dibawah terpal beralaskan tikar demi sebuah ketenangan. Bahkan ketika gempa datang, padahal ia sudah berada dibawah tenda dan ditanah lapang, namun masih saja tetap belum tenang. Ini pula fenomena yang meyakinkan kita bahwa ketenangan itu ternyata ukurannya bukan berlimpahnya harta, rumah mewah, mobil mewah dan fasilitas mewah lainnya, bukan pula kondisi dan situasi yang menurut logika sudah aman, namun ketenangan itu adalah milik hamba yang dekat dengan Raabnya.
Gempa ini adalah bukti cinta Alloh kepada kita penghuni pulau kecil yang memiliki gunung rinjani menjulang tinggi ini. Kalau Alloh mau, Dia bisa saja menggetarkan pulau ini dengan 8,0 SR atau 9,1 SR ketika terjadi gempa dan tsunami aceh misalnya, atau 12 SR ketika terjadi gempa bumi dahsyat meluluh lantahkan Iran misalnya. Atau ketika kita sedang tertidur pulas misalnya, Sungguh yang demikian itu sangatlah mudah bagi Alloh. Namun Alloh masih menguji kita hanya dengan maksimal 7,0. Dengan maha rahman dan rahim Alloh SWT menegur kita dengan maksimal 7,0 SR semata-mata agar kita kembali ke jalan-Nya, agar kita kembali dengan teguh mengakkan kalimat tauhid di bumi yang kita pijak ini, yang barangkali selama ini telah sekian lama kita abai dari perintah-Nya, telah sekian lama kita lalai dari panggilan adzan-Nya, telah sekian lama kita mengacuhkan fakir miskin, anak-anak yatim, dan anak-anak terlantar disekitar kita, serta telah sekian lama kita sesuka hati menggunjing dan menggibah saudara kita. Dengan teguran ini, Alhamdulillah tidak sedikit orang yang takut, yang kemudian mendapat ampunan dan rahmat dari Tuhan-Nya ,dan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
Siapa yang nentukan titik gempa? Allah.
Siapa yg mengetahui kapan gempa? Allah.
Siapa yang punya kuasa atas gempa? Allah.
Siapa yang mampu menghentikannya? Allah.
Maka kita harus kembali kpd ALLAH.
Jika memang Allah ingin "Menghukum" kita maka tentu dia akan memilih waktu ketika kita semua terlelap dan menaikkan magnitud gempa 8-9 Skala Richter. Seperti kaum-kaum terdahulu yang dihukum oleh Allah ketika mereka terlelap sehingga tak tersisa sedikitpun.
Tapi Allah tidak sedang menghukum, Allah sedang peringatkan kita karena Allah sayang kita. Agar kita kembali kepadanya, kembali ke jalannya, kembali penuhi Masjid-Masjidnya dan melepas semua kemaksiatan. Yang mati, memang sdh ketentuan Allah. Dan yang masih hidup harus mengambil pelajaran dari Musibah ini. Yang masih hidup mungkin akan mati dengan gempa juga, tapi mungkin dengan hanya tidur siang tanpa ada apa-apa namun Allah ambil nyawanya.
Kita yang terlalu cinta dunia akan terus trauma akan gempa, tapi siapa yang rindu kampung akhirat maka tiada trauma dan syok yang lebih dahsyat lagi baginya selain kurangnya bekal ketika bertemu dengan Allah nanti.
Wallohu'alam...
Red. Aby Fithra.
Gempa ini adalah bukti cinta Alloh kepada kita penghuni pulau seribu masjid ini. Alloh uji kita dengan sedikit ketakutan dimana saat ini nyaris semua orang dipulau ini dihinggapi rasa takut, takut beraktifitas misalnya, hingga takut masuk kedalam rumahnya sendiri. Rumah yang telah ia bangun dengan susah payah, bahkan kemudian ia lengkapi dengan fasilitas serba canggih dan mewah, namun asbab gempa ini, semuanya itu nyaris tiada berguna baginya, buktinya ia rela tidur dibawah terpal beralaskan tikar demi sebuah ketenangan. Bahkan ketika gempa datang, padahal ia sudah berada dibawah tenda dan ditanah lapang, namun masih saja tetap belum tenang. Ini pula fenomena yang meyakinkan kita bahwa ketenangan itu ternyata ukurannya bukan berlimpahnya harta, rumah mewah, mobil mewah dan fasilitas mewah lainnya, bukan pula kondisi dan situasi yang menurut logika sudah aman, namun ketenangan itu adalah milik hamba yang dekat dengan Raabnya.
Gempa ini adalah bukti cinta Alloh kepada kita penghuni pulau kecil yang memiliki gunung rinjani menjulang tinggi ini. Kalau Alloh mau, Dia bisa saja menggetarkan pulau ini dengan 8,0 SR atau 9,1 SR ketika terjadi gempa dan tsunami aceh misalnya, atau 12 SR ketika terjadi gempa bumi dahsyat meluluh lantahkan Iran misalnya. Atau ketika kita sedang tertidur pulas misalnya, Sungguh yang demikian itu sangatlah mudah bagi Alloh. Namun Alloh masih menguji kita hanya dengan maksimal 7,0. Dengan maha rahman dan rahim Alloh SWT menegur kita dengan maksimal 7,0 SR semata-mata agar kita kembali ke jalan-Nya, agar kita kembali dengan teguh mengakkan kalimat tauhid di bumi yang kita pijak ini, yang barangkali selama ini telah sekian lama kita abai dari perintah-Nya, telah sekian lama kita lalai dari panggilan adzan-Nya, telah sekian lama kita mengacuhkan fakir miskin, anak-anak yatim, dan anak-anak terlantar disekitar kita, serta telah sekian lama kita sesuka hati menggunjing dan menggibah saudara kita. Dengan teguran ini, Alhamdulillah tidak sedikit orang yang takut, yang kemudian mendapat ampunan dan rahmat dari Tuhan-Nya ,dan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
Siapa yang nentukan titik gempa? Allah.
Siapa yg mengetahui kapan gempa? Allah.
Siapa yang punya kuasa atas gempa? Allah.
Siapa yang mampu menghentikannya? Allah.
Maka kita harus kembali kpd ALLAH.
Jika memang Allah ingin "Menghukum" kita maka tentu dia akan memilih waktu ketika kita semua terlelap dan menaikkan magnitud gempa 8-9 Skala Richter. Seperti kaum-kaum terdahulu yang dihukum oleh Allah ketika mereka terlelap sehingga tak tersisa sedikitpun.
Tapi Allah tidak sedang menghukum, Allah sedang peringatkan kita karena Allah sayang kita. Agar kita kembali kepadanya, kembali ke jalannya, kembali penuhi Masjid-Masjidnya dan melepas semua kemaksiatan. Yang mati, memang sdh ketentuan Allah. Dan yang masih hidup harus mengambil pelajaran dari Musibah ini. Yang masih hidup mungkin akan mati dengan gempa juga, tapi mungkin dengan hanya tidur siang tanpa ada apa-apa namun Allah ambil nyawanya.
Kita yang terlalu cinta dunia akan terus trauma akan gempa, tapi siapa yang rindu kampung akhirat maka tiada trauma dan syok yang lebih dahsyat lagi baginya selain kurangnya bekal ketika bertemu dengan Allah nanti.
Wallohu'alam...
Red. Aby Fithra.



Semoga kita tetap dalam lindungan Alllah subhanahuwataala....
ReplyDelete