Disaat semua orang bermimpi mengabdi di deretan sekolah favorit sekelas smansa, smanda, sma kota, kami malah memilih mengabdikan diri kami disini di SMAN 3 Donggo ini (red). Ini bukan kebetulan, karna semuanya sudah tertulis di lauhym mahfuz jika kita menggunakan kacamata syari'at dan sejatinya Itulah kacamata sejati kita. Sungguh pun kita menggunakan kacamata by sistem, maka sekolah ini sejak awal sudah menjadi pilihan teman-teman untuk mengabdi.
Mungkin ada yang asal pilih, mungkin ada juga yang memainkan Google map di ponsel genggam nya, dan mungkin ada juga yang tanpa disengaja terkirim kesini karena memang regulasi membolehkan itu terjadi. Hehe... Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk berfikir ulang, kembali ke titik 0 pemikiran tentang arti sebuah pendidikan.
Jika pendidikan kita artikan sebagai sesuatu yang selalu ideal terjadi mungkin tidak pernah ada dinamika, padahal pendidikan butuh dinamika sebagai penggerak challenge para penggiat pendidikan untuk terus mengembangkan diri.
Jika pendidikan selalu menginginkan input yang berkualitas agar kemudian tercipta proses dan output yang berkualitas, lalu dimanakah bergaining position pendidikan?
Saya ingin mengutip mutiara hadits Rasulullah SAW dalam Buku Berfikir seperti Nabi yang ditulis oleh Fauz Noor, "Al-aqil yakfi bi al- isyarat". Orang yang berakal itu cukup dengan isyarat. Yang dimaksud berakal disini mencakup 2 pihak yakni orang yang menyampaikan dan orang yang dituju. Bila orang yang menyampaikan tidak pandai dalam memilih isyarat yang dipakai, bukan mustahil yang terjadi justru tak sampainya pesan kepada orang yang dituju. Begitupun sebaliknya orang yang menerima isyarat pun mesti pandai menangkap isyarat.
By : Ashhabul Yamin
By : Ashhabul Yamin

Comments
Post a Comment